It’s All About News

Semalam Bersama “Novi” (3)

leave a comment »

‘Kandangnya’ Steril Tamu Pria

edisi: Senin, 03 November 2008

NOVI (23) terjerembab ke lembah hitam bukan tanpa latar belakang. Namun dari sekian banyak faktor, gaya hidup dan tuntutan ekonomi sepertinya yang paling utama.
Di Pangkalpinang, Novi hidup kos-kosan karena memang ia bukan asli Bangka. Jauh dari orangtua dan keluarga yang tinggal di Kota “L” wilayah Sumatera sana, semakin memperburuk kondisi psikologis Novi. Tak ada yang mengawasi, peluang melakukan apa saja termasuk melanggar norma-norma susila pun terbuka lebar.

Novi ke Bangka semula mengikuti kakaknya yang bekerja di Pangkalpinang. Karena pertimbangan dekat lokasi kuliah, Novi ngekos bersama temannya di sekitar kampus. Ketika memasuki semester tiga, saat harus membayar uang SKS, Novi tidak memiliki uang. Di kos-kosan itu, ada dua temannya lebih dahulu terlibat dalam dunia malam. Novi pun ikut-ikutan. Ternyata hasilnya cukup memuaskan. Bahkan uang kuliahnya serta kebutuhan selama ini dibiayai dari hasil kerja “dunia malam”.

Novi disebut-sebut mahasiswi panggilan yang dipuji banyak lelaki, sehingga selalu menjadi incaran. Saat Tim Investigasi menjemputnya di Pantai Pasirpadi pun, Novi baru usai ‘janjian’ dengan seorang pria yang sudah kerap membookingnya.

Dari perjalanan singkat “Semalam Bersama Novi” itu lah Tim banyak mengetahui sepak terjang Novi cs. Dan kini saatnya memenuhi permintaan Novi menuju hotel yang sudah dibooking. Beberapa data penting, misi investigasi sudah tercatat rapi dalam ingatan Tim Investigasi. Ketika Novi semakin mendesak, sebait SMS yang telah disiapkan sebelumnya, langsung Tim kirim ke ponsel seorang teman.

Untuk membongkar praktik sek-esek mahasiswi ini, Tim sengaja meminta bantuan seorang teman perempuan, berpura-pura sebagai istri. Saat mendekati hotel, ponsel Tim berdering keras dikesunyian malam.

“Ayo bang, angkat teleponnya,” pinta Novi. Terpaksa perjalanan sejenak dihentikan. Tim coba mengangkat telepon dan sengaja menggunakan loudspeaker agar terdengar oleh Novi yang duduk di jok belakang motor.
“Ayah..sekarang di mana? Cepat pulang, Titin demam, panas tinggi dan muntah,” ungkap Mery, berperan selaku istri wartawan Tim.

“Abang, siapa yang sakit?” tanya Novi, spontan.
“Anak pertamaku, baru empat bulan,” jawab Tim.

“Aduh…kasihan, biar abang pulang aja dulu, kan masih ada banyak waktu, yang penting kita sudah saling kenal,” ujar Novi, prihatin.

Masih terselip rasa kemanusiaan di hati mahasiswi panggilan seperti Novi.

“Gimana Nov? masa kenalan pertama tanpa kenangan,” celoteh harian ini, berpura-pura. “Udalah abang, abang ngantarinku ke kos, trus abang pulang ke rumah, antarin anak abang yang sakit. Kalau besok saya tidak padat, kita ketemuan lagi,” desak Novi.

Semuanya berjalan sesuai skenario. Berpura-pura menyesal, Tim mengantarkan Novi ke ‘kandangnya’. Menurut cerita Novi, ada lima teman sekampus yang se-kos dengannya. Kelimanya punya minat dan provesi yang sama. Bahkan masih ada sejumlah temannya yang punya ‘kandang’ terpisah.

Ketika mendekati kos yang dituju, Novi meminta diturunkan dekat counter depan gedung tempat mereka kuliah. Karena menurut kisah Novi, untuk mengelabui para tetangga, dan terkesan alim, kos-kosan yang mereka tempati tidak pernah dikunjungi tamu pria. Sebuah rekayasa penampilan luar biasa. Tertata dan teratur penuh misteri.

Sesuai permintaan Novi, Tim menurunkan cewek bertinggi tubuh sekitar 165 cm itu di sebuah counter dekat kampusnya. Di samping counter terlihat sebuah gang, mungkin itulah jalan masuk ke ‘kandang’nya Novi.

Saat hendak berpisah, Tim Investigasi menitipkan kepada Novi dua lembar uang Rp 100 ribu untuknya sebagai pembayaran tarif ‘sotem’ yang telah disepakati tetapi dibatalkan karena kondisi anak yang diskenariokan sakit. (tim/bersambung)

http://www.bangkapos.com/berita/493df7260f3b96e996d324fad8c63472/15053/baca/1/0/0/1/2008/November/03/0

Written by didit

3 November, 2008 pada 7:00 pm

Tinggalkan komentar