It’s All About News

Archive for November 1st, 2008

Semalam Bersama “Novi” (1)

leave a comment »

Hallo Mas Patrick…

edisi: Sabtu, 01 November 2008

KESAN pertama cukup menggoda. Penampilannya biasa, dandanan apa adanya, parfum yang digunakan pun tidak menyengat hidung. Sepintas, tidak nampak sebagai mahasiswi panggilan. Itulah Novi (23), sapaan khas dunia malam seorang mahasiswi semester lima di ibukota ini.

Awal kisah Tim Investigasi harian ini berkenalan dengan Novi secara kebetulan saja, lewat seorang teman dunia malam cewek berkulit putih itu. Evi (32) namanya. Ia memberikan nomor kontak Novi. Iseng-iseng, Tim Investigasi coba menghubunginya. Dan ternyata, sambutannya cukup hangat dan santun, terpancar niat bersahabat yang besar.

“Selamat sore Novi, saya Patrick, teman Evi. Maaf ganggu. Bisa kenalan gak,” terkirim pesan singkat harian ini ke ponsel Novi. Secepat kilat, Novi tidak membalas via sms tetapi langsung menelepon harian ini.

“Hallo mas Patrick, mat kenal juga. Saya Novi. Ini Patrick ya, oh….mas Patrick sudah dikenalkan Evi ama aku koq,” sapaannya lembut menggoda hati.

Percakapan yang hangat penuh persaudaraan berakhir dengan janjian ketemuan. Tempat pertemuan dianjurkan Novi, aman dan tersembunyi. Hotel Winirai (bukan nama sebenarnya), sebuah hotel di pusat perkotaan Pangkalpinang pilihan cewek seksi berambut sebahu itu. Ternyata Hotel Winirai merupakan salah satu tempat mangkal Novi bersama langganan.

“Abang langsung booking aja kamar hotelnya, nanti SMS ke aku kamar nomor berapa. Aku nyusul kalau abang udah di sana,” pinta Novi saat itu. Beginilah mekanisme jual-beli diri Novi dengan para langganannya, sungguh rapi.

Sesuai kesepakatan, Tim akhirnya membooking kamar hotel yang ditentukan Novi. Tarif kamar ber-AC Rp 150.000, sedangkan yang menggunakan kipas angin Rp 100.000. Harian ini, kemudian membooking kamar hotel Rp 100.000. Waktu yang disepakati yakni pukul 21.00 WIB.

Sebelum waktu janjian, tepatnya pukul 20.30 WIB, Tim Investigasi sudah berada di kamar nomor 305, sambil menanti kedatangan Novi yang masih dalam samar-samar. Akan tetapi, suaranya yang lembut bisa mewakili face dan fisiknya yang menggoda.

Sambil menunggu kedatangan Novi, aneka khayalan dan strategi terus terbayang. Setelah kurang lebih setengah jam, Novi belum kunjung tiba. Rasa penasaran dan kesal mulai berkecamuk. Antara meneruskan investigasi atau membatalkan. Tetapi demi sebuah tujuan, membuka kedok praktik amoral yang tertata rapi di kalangan intelektual, kembali membangkitkan semangat.

Untuk mengurangi rasa kesal, Tim memberanikan diri ngobrol bersama karyawan hotel. Namanya Herdy (bukan nama sebenarnya), putra Kota “S” di Pulau Jawa. Menurut pengakuan Herdy, hotel tempat ia bekerja sungguh ramai dikunjungi pasangan ilegal. Dan kalau mau jujur, boleh dikatakan losmen praktik esek-esek. Tarif hotelnya antara Rp 100.000 dan Rp 150.000.

Pengakuan Herdy, jika mendapat tugas shift malam, berarti siap tanggung risikonya tidak bisa tidur semalaman. Karena persoalannya, saat-saat yang paling ramai pengunjung diatas pukul 00.00 WIB, ketika para pelayan kafe yang bertebaran di Kota kecil ini mulai pulang. Saat itulah, para lelaki hidung belang dengan wanita langganannya, mengunjungi hotel. Waktu yang digunakan menurut Herdy berkisar satu sampai dua jam atau dalam dunia malam dikenal dengan istilah “sotem” alias short time. Tetapi ada juga yang menginap sampai pagi.

Herdy menuturkan, para pengunjung kebanyakan orang yang sama. Dan ada juga yang mahasiswi. Salah satunya Novi. Nama cewek satu ini sudah dikenal karyawan hotel tersebut.

Tepat pukul 21.49 WIB, bunyi HP Tim Investigasi berdering. Ketika dilihat ternyata panggilan dari Novi. “Maaf Bang, saya..saya telat. Saat mau ke hotel ditelepon langganan tetapku untuk ke sebuah hotel di pantai… Nggak enaklah sama pelanggan tetapku,” kata Novi meyakinkan Tim.

Selanjutnya Novi meminta “Jika abang masih berkenan, jemputku di pantai ya, sekarang. Saya tidak bawa motor. Tadi dijemput langgananku,” ungkap Novi. Ternyata langganan tetap Novi adalah karyawan sebuah perusahaan besar di kota Pangkalpinang.

Demi sebuah tujuan, Tim akhirnya memutuskan menjumpai Novi di daerah pesisir pantai. Wouw…..kikuk dan salah tingkah, ketika bertemu langsung Novi. Ada rasa minder dan malu karena penampilan Tim kurang meyakinkan harus berhadapan dengan Novi, yang menurut penilaian Tim begitu bukan cantik tapi manis.

Terbersit dibenak Tim, wanita panggilan tidak membutuhkan penampilan tetapi uang. Optimisme ini, mengurangi rasa kikuk dan salah tingkah, entah harus darimana memulai pembicaraan.

“Mas kita minum bir ya……” pinta Novi memecah kesunyian sambil menunjuk ke arah warung remang di tepi Pantai Pasirpadi. Novi sesekali menyapa dengan panggilan mas. Beberapa botol bir dan rokok, akhirnya menemani pertemuan perdana yang terselip aneka misi dan target.

Di tengah perbincangan, Tim dikagetkan dengan pertanyaan dan keheranan Novi. Bisa-bisa saja kepergok dan ketahuan. “Bang….abang beda sekali dengan pelangganku yang lain. Biasanya hanya sedikit basa-basi, langsung to the point,” cetus Novi.

Bak tersambar petir di malam gelap, Tim kelabakan. Segala akal dan alibi diterapkan untuk menyelamatkan tujuan. “Harus ada bedalah, kita kan baru pertama kali kenal, masa langsung to the point. Perlu tahap-tahap dong,” jawab Tim.
Mendengar jawaban meyakinkan itu, Novi tersenyum sipu sambil mengamini jawaban Tim Investigasi. (tim/bersambung)

http://www.bangkapos.com/berita/41fc312b95ee34f75fcdda0f7c175c0b/15005/baca/1/0/0/1/2008/November/01/0

Written by didit

1 November, 2008 at 7:07 pm

’Ayam Kampus’ Incar Pria Berduit

leave a comment »

* Kenalan Lewat Perantara
* Transaksi di Hotel, Pantai dan Warung
* Tarif Rp 200 Ribu Hingga Rp 500 Ribu

edisi: Sabtu, 01 November 2008

PANGKALPINANG, BANGKA POS — Praktik prostitusi melibatkan mahasiswi tidak hanya terjadi di Jakarta dan kota besar lainnya, tetapi juga ada di kota kecil seperti Pangkalpinang.

Dalam dunia esek-esek, intelektual muda penjaja cinta ini biasa disebut “ayam kampus”. Praktiknya sembunyi-sembunyi tapi rapi, bahkan boleh dikatakan terorganisir. Meski begitu, tidak terlalu sulit menemui mereka asalkan ada koneksi.

Untuk membuktikan kebenaran informasi bisnis esek-esek ayam kampus ini, wartawan Bangka Pos Group selama enam hari melakukan investigasi ke lapangan. Ternyata itu memang ada. Bahkan informasi yang berhasil diperoleh bahwa praktik prostitusi melibatkan perempuan belia sambil kuliah ini sudah lama terjadi.

Dandanan mereka biasa ala anak kampus, tapi jika sudah kenal awal bicaranya agak sedikit genit.

Karena beda ‘kelas’ dengan PSK lain, tentu saja tidak sembarang lelaki bisa menikmati keindahan tubuhnya. Mereka terkenal matre, karena itu lebih suka mengincar lelaki berduit seperti pengusaha, eksekutif muda dan karyawan bergaji besar. Tapi saat tertentu, ada juga yang bisa diajak tidur teman sekampus atau pria berkantong pas-pasan.

Dari penampilan, sekilas tidak ada yang menyangka kalau si mahasiswi itu bisa dibooking ke hotel-hotel atau tempat lainnya. Apalagi bagi lelaki hidung belang yang baru bertualang tidak akan bisa menembus dunia gelap ini tanpa jasa perantara.

Ada ayam kampus, ada pula brokernya. Melalui perantara ini lah si lelaki hidung belang mendapatkan koneksi untuk berkenalan dengan si mahasiswi. Bertindak sebagai perantara, biasanya selain teman dekat sesama mahasiswi, ada juga perempuan diluar kampus yang sengaja mencari fee dari bisnis lendir ini. Aksi kedua jaringan dalam mencari mangsa sama gesitnya.

“Biasanya mereka check in ke hotel, mas (wartawan–red). Sebenarnya tidak hanya mahasiswi tapi ada juga anak-anak SMA,” ungkap Yan (30), seorang pemuda yang mengaku sudah cukup lama mengendus praktik ini, Selasa (28/10).

Para ayam kampus biasanya memasang tarif berbeda mulai Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu, tergantung sikon dan lamanya waktu booking. Kalau si om terlihat berkantong tebal plus royal, bisa saja si cewek meminta bayar lebih.

“Mereka ini biasanya ngincar om-om beduit. Kalau si ceweknya kepepet bisalah kali ya nego Rp 200 ribu hingga Rp 250.000 untuk sekali short time,” ujarnya.

Itu belum termasuk biaya sewa kamar hotel. Menurut Herdy (bukan nama sebenarnya)–karyawan salah satu hotel yang kerap dijadikan tempat menginap pasangan diluar nikah–, bahwa tarif hotel tempat ia bekerja antara Rp 100.000 dan Rp 150.000.

Herdy mengaku lewat tengah malam hotel tersebut ramai dikunjungi pasangan ilegal. Mereka biasanya menyewa kamar satu sampai dua jam, ada juga yang menginap sampai pagi. Keterlibatan sejumlah mahasiswa panggilan di kota ini dibenarkan Herdy. Bahkan ia mengaku sudah mengenal beberapa diantara mereka.

Tercoreng

Ulah intelektual muda penjaja birahi ini dinilai mencoreng dunia pendidikan. Anggota dewan pun dibuat terkejut, civitas akademika jadi kesal, tokoh agama dan LSM perempuan langsung memberi kecaman.

Ketua Komisi D DPRD Babel yang memang membidangi persoalan pendidikan, Sarpin menegaskan, ulah ayam kampus akan mencoreng masa depan dunia pendidikan di Babel. Ia meminta kepada pemerintah melalui dinas terkait serta seluruh civitas akademika di beberapa perguruan tinggi untuk tanggap dan segera bertindak.

“Kalau memang terbukti ada mahasiswa yang menjadi ayam kampus, kita terpaksa harus memanggil seluruh civitas akademika yang ada. Dalam konteks tertentu mahasiswa memang diberi kebebasan, tapi bukan kebebasan dalam hal menjual fisik. Saya menilai, kampus tidak hanya mencetak generasi muda yang intelektual, tapi menciptakan juga generasi muda yang berbudi pekerti,” kata Sarpin saat dimintai tanggapannya, Rabu (29/10).

Ia menilai, selama ini perguruan tinggi cenderung mengabaikan pendidikan rohani dan mental mahasiswa. Pendidikan formal kampus malah lebih difokuskan. Padahal kata Sarpin, jika kedua sisi pendidikan ini disatukan, maka tak akan bermunculan ayam-ayam kampus di tengah geliat dunia pendidikan.

“Kalau mereka (ayam kampus–red) itu berdalih menjual fisik demi ekonomi, saya pikir itu tidak benar dan saya tidak sependapat. Mengais rezeki tidak harus dengan jalan demikian kan? Hal-hal seperti inilah yang kurang dipahami oleh sebagian mahasiswa kita. Tentu kondisi ini muncul akibat degradasi moral. Harus ada langkah konkrit dalam menangani persoalan ini,” tuturnya.

Sarpin menilai, efek globalisasi dan perkembangan teknologi menjadi salah satu pemicu maraknya praktik amoral ini. Ia pribadi tak menyalahkan lembaga tertentu atas ulah para mahasiswi tersebut. Namun pola hidup glamour yang bergelimangan uang serta anggapan bahwa tubuh adalah sebuah komoditas merupakan pemicu terbesar.

Pergaulan Bebas

Terpisah, Ketua LSM P2HP Babel Zubaidah mengecam keras ulah ayam-ayam kampus. Ia merasa khawatir dan prihatin atas kondisi yang menimpa dunia pendidikan tinggi di provinsi ini. Setelah pornografi makin marak melanda siswa-siswa muda, praktik asusila ini akan semakin memperburuk citra pendidikan negeri ini.
“Saya pikir hal itu terjadi karena kurang kontrol di dalam keluarga, masyarakat, dan lingkungan pendidikan mereka. Apa yang mereka timba di kampus sifatnya hanya empirik dan tidak menyentuh kesadaran batiniah. Saya berharap, lembaga pendidikan harus peduli dan cepat memberikan tanggapan dan solusi yang tepat,” kata Zubaidah.

Ia melanjutkan, pengaruh tontonan kurang mendidik serta gaya hidup perkotaan yang liberal dan sekuler mempengaruhi generasi muda khususnya kalangan mahasiswa. Karena itu, Zubaidah mendesak pemerintah pusat melalui pemerintah daerah menyeleksi siaran-siaran yang ada sehingga tidak mempengaruhi generasi muda ke arah negatif. “Kalau mereka berdalih atas dasar kebutuhan ekonomi, bisa saja demikian. Sebab, kita tahu, jumlah uang yang mereka dapat dari transaksi itu cukup besar. Lagi-lagi pola hidup glamour menjadi pemicu mereka-mereka ini terjun ke dunia malam itu,” ujar Zubaidah.

Sulit Dikontrol

Kepala Humas dan Promosi AMIK Atma Luhur Pangkalpinang Nardi Pratomo mengaku prihatin atas fenomena ayam kampus, jika memang itu terjadi. Menurutnya, pihak kampus kesulitan melakukan pengawasan, apalagi mengintervensi kegiatan mahasiswa di luar kampus.

“Pada dasarnya aktivitas di luar kampus yang sifatnya negatif sangat sulit dikontrol. Namun kami dari pihak kampus sebenarnya tetap menyeimbangkan antara pendidikan dengan nilai-niai etika. Kami di kampus AMIK memiliki berbagai kegiatan positif yang banyak diikuti oleh mahasiswa. Mengenai ayam kampus, saya pikir tingkat maraknya di Babel ini masih belum seramai kota-kota besar,” kata Nardi saat dimintai tanggapannya, Jumat (31/10).

Sulitnya mengontrol aktivitas mahasiswa di luar kampus juga diungkapkan Ketua STIE Pertiba Zufriady saat dihubungi terpisah, kemarin. Apalagi mengawasi satu persatu mahasiswa. Maka dari itu, pendekatan agamis dan psikologi bagi mahasiswa tetap dilakukan.

Zufriady menilai, praktik ayam kampus merupakan tindakan perorangan yang sangat sulit dipantau. Diakuinya, aktivitas berbau pornografi dan pornoaksi memang sedang melanda negeri. Hal ini praktis memicu hal-hal negatif lain seperti kasus foto seronok atau bahkan transaksi esek-esek dikalangan pelajar dan mahasiswa.

“Kami memiliki pembinaan yang baik terhadap mahasiswa. Berbagai kegiatan baik yang formal maupun kegiatan dakwah oleh LDK tetap dilakukan. Hingga sekarang belum ditemukan ada mahasiswa-mahasiswa yang melakukan transaksi seperti itu. Jika memang ada oknum, maka akan kami pangggil, beri pembinaan, dan jika masih berulah akan dikeluarkan,” tegas Zufriady. (tim)

http://www.bangkapos.com/berita/41fc312b95ee34f75fcdda0f7c175c0b/15003/baca/1/0/0/1/2008/November/01/0

Written by didit

1 November, 2008 at 7:05 pm